
Barang-barang adat (le'u) dipertunjukkan kepada publik
Kisah Heroik Penyelamatan Le’u Sonaf Bukhaeoenoni
- account_circle Benu
- calendar_month 5/11/2025
- visibility 0
- comment 0 komentar
- label SEJARAH

Neno Tanesi di usia tuanya
Suatu malam di akhir Oktober 2025 saya mengunjungi bapak Lusianus Neno Tanesi Abi atau yang dikenal dengan nama Neno Tanesi di rumahnya Bobo Casse, Manamas, Indonesia.
Neno Tanesi usianya sudah usur, matanya sudah tidak dapat melihat lagi karena beliau mengalami kebutaan. Neno Tanesi menempati sebuah rumah tua berdinding bebak bersama istrinya, anak perempuannya bernama Elisabeth Abi dan cucu-cucunya.
Meskipun sudah tidak dapat melihat lagi, ingatan Neno Tanesi terhadap peristiwa mereka ambil le’u dari Fatubijae masih kuat. Bahkan dia menuturkan bahwa ingatan itu segar, seperti baru terjadi kemarin.
Malam itu, ia mengingat semua kejadian yang telah terjadi 26 tahun yang lalu, ketika dia bersama adiknya Bobo Benu (Yosef Elu Bobo) menjemput le’u dari Fatubijae. Pada bulan September 1999, Neno Tanesi dan adiknya Bobo Benu pergi ke Fatubijae atas nitusae yang dialami oleh mama mereka tete Suni. Nitusae adalah sebuah situasi ekstasi yang dialami oleh seseorang dan menurut kepercayaan Atoni Meto, orang yang mengalami nitusae ini digerakkan oleh roh orang yang sudah meninggal.

Yosef Bobo Elu
Neno Tanesi berkisah nitusae yang dialami oleh mamanya menyuruh mereka untuk mengambil le’u di Fatubijae karena peperangan antara pejuang pro-integrasi Indonesia melawan pro-kemerdekaan Timor Leste yang mengakibatkan situasi yang tidak aman. Peperangan ini juga melibatkan Tentara Nasional Indonesia. Banyak keluarga yang dibunuh, rumah dibakar, dijarah dan cendana dicuri dan banyak juga orang yang hilang dan tidak ditemukan hingga saat ini. Neno Tanesi dan Bobo Benu awalnya tidak berani untuk pergi ke Fatubijae, mereka takut. Takut terhadap kelompok pro-integrasi dan TNI dan juga takut kepada pro-kemerdekaan. Tetapi karena didesak terus menerus oleh nitusae mama mereka, mereka pun memutuskan untuk pergi.
Awalnya Bobo Benu pergi sendiri, Neno Tanesi belum setuju untuk pergi. Akan tetapi setelah adiknya berjalan sekitar 1 km, dia menyusul adiknya tersebut. Dia sayang adiknya. Dia sayang rumah adat. Dia sayang le’u yang ada di sonaf. Dia tidak mau le’u yang tersisa dicuri atau diambil oleh salah satu kelompok yang berkonflik.
Neno Tanesi dan Bobo Benu percaya nenek moyang (Abo) dan le’u yang akan mereka ambil akan menjaga mereka dan akan menjauhkan mereka dari kedua belah pihak pro-integrasi dan pro-kemerdekaan.

Le’u yang diselamatkan oleh Neno Tanensi dan Bobo Benu
Mereka berangkat pagi. Perjalanan mereka mulus, tidak ada kendala. Tiba di Sonaf Fatubijae, tete Le’u yang jaga sonaf menyampaikan bahwa le’u yang mereka hendak ambil disembunyikan di 2 gua berbeda. Bobo Benu menerima muti dari tete Le’u kemudian mereka menuju gua pertama yang ditempat oleh Luis Metan, Je Bobo dan abo Benu Taeki.
Namun sebelum mereka mengambil le’u dikedua gua tersebut, mereka dikejar oleh sekelompok orang. Kelompok orang ini dikenal oleh keduanya. Mereka berniat untuk mengambil le’u dari sonaf. Neno Tanesi lari dan bersembunyi di gua sedangkan Bobo Benu bersembunyi di kuburan yang dikelilingi akar pohon beringin di Sikone.
Orang-orang yang mencari tidak menemukan mereka. Tetapi mereka tidak pulang. Mereka berjaga-jaga, jika Neno Tanesi dan Bobo Benu keluar maka mereka akan menangkap mereka. Setelah dirasa aman, Bobo Benu keluar dari kuburan dan menuju ke gua setelah diberi tanda oleh abo Benu Taeki. Malam itu, abo Benu Taeki membunuh seekor sapi untuk mereka tetapi mereka merasa malam itu tidak enak untuk makan.

Mengembalikan Le’u Sonaf Bukhaeoenoni ke Fatubijae
Subuh Luis Meta, Je Bobo dan abo Taeki Benu melepaskan mereka pergi. Saat mereka pulang ke Manamas, ketika tiba di sebuah anak sungai ada orang pro-kemerdekaan hendak menikan mereka dengan tombak tetapi mereka mengenalnya. Mereka memanggil namanya dan orang itu pun mengenal mereka. Orang itu mengajak mereka makan sirih pinang, tetapi tiba-tiba seekor ayam lari dari arah mereka. Mereka menyadari bahwa sebentar lagi pasti orang yang mencari mereka pasti tiba. Mereka pun memutuskan pergi tanpa makan sirih pinang. Saat mereka sudah agak menjauh terdengar orang ribut-ribut di tempat mereka ditegur. Terdengar orang itu berkata kepada para pencari “mereka sudah jalan, saya ajak mereka makan sirih pinang tetapi mereka tidak mau.”
Mereka pun selamat tiba di Manamas dan menyimpan le’u yang diambil dari Sonaf Fatubijae di rumah Bobo Benu hingga dibuatkan sebuah sonaf pada tahun 2003.

Saat ini belum ada komentar